Sabtu, 21 Maret 2015

PBL KARDIOVASULER


Skenario
Seorang wanita, 62 tahun masuk ke rumah sakit akibat baru saja mengalami pingsan yang berulang disertai kejang-kejang. Sebelumnya sering timbul rasa debar-debar disertai perasaan pusing dan lemas. Tidak ada riwayat sakit dada, sesak nafas, sianosis maupun edema tungkai. Pada pemeriksaan fisis, td 180/80mmHg dan nadi 32/menit teratur. Intensitas s1 pada apeks jantung sangat bervariasi. Terdengar bisisng sistolikejeksi der, ii/vi pada basis jantung dan sekali-sekali terdengar bunyi jantung yang keras. Cxr menunjukkan kardiomegali tanpa adanya tanda-tanda bendungan paru. Diputuskan untuk melakukan pemeriksaan ekokardiografi. Juga dipertimbangkan melakukan pemeriksaan penunjang lainnya untuk melacak latar belakang patofisiologi yang mendasari keluhan penderita.

KATA SULIT
Kejang adalah perubahan fungdi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktifitas neuronal yang abnormal dan sebagai pelepasan listrik serebral yang berlebihan

KALIMAT KUNCI
-          Wanita 62 tahun
-          Pingsan berulang disertai kejang
-          Berdebar-debar, pusing, dan lemas
-          TD 180/80, nadi 32/menit teratur, intensitas1 pada apeks jantung bervariasi, bising sistolik, ejeksi derajat II/VI di basis jantung, dan sekali sekali terdengar bunyi jantung yang keras
-          Kardiomegali, tanpa adanya tanda-tanda bendungan paru

PERTANYAAN
1.      Hubungan hipertensi dan bradikardi ?
2.      Faktor penyulit dari gejala yang di derita pada skenario
3.      Bagaimana cara membedakan palpitasi akibat gangguan kardiovaskular dan non-kardiovaskular?
4.      Cara kerja echocardiography
5.      Patomekanisme palpitasi disertai rasa pusing dan lemas ?
6.      Sebutkan langkah-langkah diagnosis ?
7.      Hubungan pemfis dan gejala yang diderita pasien ?
8.      Diferensial diagnostic

1.               Hubungan hipertensi dan bradikardi ?

Pada pasien di scenario yang mengalami HT, terjadi penyempitan lumen pembuluh darah disertai peningkatan aliran darah ke perifer. Di sis lain, Peningkatan tekanan darah merangsang baroreseptor ( pressure sensitive reseptor ) pada karotis , yang menyebabkan aktivasi sistem saraf parasimpatis , yang memperlambat denyut jantung , menyebabkan bradikardia tersebut .
The Cushing refleks biasanya terlihat pada tahap terminal dari cedera kepala akut .
The Cushing refleks pertama kali dijelaskan oleh Harvey Cushing pada tahun 1902 .
Referensi : http://signsandsyndromes.com/cushing-reflex

2.      Faktor penyulit dari gejala yang di derita pada skenario

Berdasarkan skenario didapatkan bahwa pasien mengalami hiprtensi yang tidak diketahui penyebabnya atau disebut juga hipertensi esensial atau yang umum disebut hipertensi primer. Berdasarkan derajat hipertensi pasien The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) tergolong derajat II.
Hipertensi adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena intraksi antara faktor-faktor resiko tertentu. Misalnya diet dan asupan garam, sistem saraf simpatis, pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin, angitensin dan aldosteron.
   
KERUSAKAN ORGAN TARGET
                    Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah
1. jantung
a. hipertrofi ventrikel kiri
b. angina atau infark miokard
c. gagal jantung
2. otak
a. strok atau transient ischemic attack
3. penyakit ginjal kronis
4. penyakit arteri perifer
5. retinopati
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa penyebab kerusakan organ-oran tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaian tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor ATI angiotensin II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitrit oxide syntase,dan lain-lain. Peneitian ini juga membuktikan bahwa diet garam tinggi dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dallam timbulnya kerusakan organ target, mialnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-B.
Faktor resiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi antara lain adalah :
1. Merokok
2. Obesitas
3. Kurangnya aktifitas fisik
4. Dislipidemia
5. DM
6. Miikroalbuminuria
7. Usia ( laki-laki >55 th dan perempuan 65 th)
                 Pasien dengan prehipertensi berisiko mengalami peningkatan tekanan darah menjadi hipertensi, mereka yang tekanan darahnya berkisar antara 130-139/80-89 mmHg dalam sepanjang hidupnya akan memiliki dua kali resiko menjadi hipertensi dan mengalami penyakit kardiovaskular dari pada yang tekanan darahnya lebih rendah.
                 Pada orang yang berumur ebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik >140 mmHg merupakan faktor resiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular daripada tekanan darah diastolik :

1. Resiko penyakit kardiovaskular dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, meningkat dua kali dengan kenaikan 20/10 mmHg
2. Risiko penyakit kardiovaskular bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari fator resiko lainnya
3. Individu berumur >55 th memiliki 90% resiko mengalami hipertensi

Referensi : Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V,penerbit Interna Publishing;halaman 1080-1081

3.      Bagaimana cara membedakan palpitasi akibat gangguan kardiovaskular dan non-kardiovaskular?
Palpitasi merupakan gejala umum yang tidak menyenangkan yang dapat dijelaskan sebagai suatu kesadaran akan terasanya debaran jantung, suatu kesadaran yang umumnya terutama disebabkan oleh perubahan irama jantung atau kecepatan denyut jantung atau karena bertambahnya kontraktilitas. Palpitasi tidaklah patognomonik bagi golongan gangguan tertentu, dan sebenarnya palpitasi sering bukan merupakan pertanda dari suatu gangguan fisis primer tetapi lebih karena gangguan psikologis. Bahkan kalaupun palpitasi muncul sebagai suatu keluhan yang menonjol atau kurang menonjol, diagnosis penyakit yang menyadarinya kebanyakan dibuat atas dasar gejala dan data lain yang berkaitan. Namun demikian palpitasi merupakan hal yang penting dalam pikiran para pasien yang khawatir bahwa itu mungkin menandakan penyakit jantung. Keprihatin bertambah menonjol pada para pasien yang pernah diberitahukan bahwa mereka mungkin memiliki penyakit jantung. Bagi mereka palpitasi mungkin merupakan suatu pertanda bencana yang akan datang. Karena kecemasan yang ditimbulkan dapat berhubungan dengan aktivitas sistem saraf autonomik yang meningkat, dengan akibat meningkatnya kecepatan dan irama jantung serta kekuatan kontraksi(kontraktilitas), kesadaran pasien akan perubahan ini, kemudian dapat menyebabkan suatu lingkaran setan, yang akhirnya bertanggungjawab atas ketidakmampuan pasien.
Kepekaan terhadap perubahan aktivitas jantung pada berbagai orang sangat bervariasi. Ada pasien yang tampaknya tidak menyadari adanya disritmia yang paling serius dan kacau, sedangkan yang lain merasa amat terganggu oleh ekstrasistole yang muncul kadang-kadang. Pasien yang cemas sering menunjukkan ambang batas yang rendah, sehingga gangguan-gangguan kecepatan dan irama menyebabkan palpitasi. Kesadaran akan denyut jantung juga cenderung lebih umum pada malam hari dan pada saat introspektif tetapi kurang nyata selama aktivitas. Para pasien penyakit jantung organik dan gangguan-gangguan frekuensi jantung kronik , irama, atau volume sekuncup cenderung untuk menyesuaikan dengan kelainan-kelainan ini dan sering kurang peka dibandingkan orang normal terhadap kejadian-kejadian demikian. Palpitasi yang terus-menerus, berlawanan dengan perubahan pada frekuensi denyut atau irama jantung, yang sering menyebabkan nyeri subjektif yang cukup nyata. Palpitasi terutama menonjol jika  penyebab yang menimbulkan kecepatan jantung dan kontraktilitas atau aritmia yang meningkat adalah baru, sepintas lalu, dan episodik. Dan sebaliknya, pada orang yang secara emosional beradaptasi dengan baik, palpitasi umumnya menjadi kurang membingungkan secara progresif seraya berlanjut menjadi lebih kronik.
Pada keadaan biasa, denyut jantung yang ritmik(teratur) tidak terasa oleh orang sehat yang tenang bahkan bertemperamen rata-rata. Palpitasi dapat dialami oleh orang normal yang sibuk dalam upaya fisik yang berat atau yang timbul secara emosional atau seksual. Palpitasi tipe ini bersifat fisiologik dan menggambarkan kesadaran normal suatu jantung yang terlalu aktif, yakni jantung yang berdenyut cepat dan dengan suatu kontraktilitas yang bertambah. Palpitasi akibat jantung terlalu aktif juga mungkin terdapat pada keadaan-keadaan patologik tertentu, misalnya demam, anemia akut atau berat atau tirotoksikosis. Pada orang tertentu palpitasi bisa merupakan manisfestasi yang nyata dari suatu episode kecemasan akut. Pada yang lain, palpitasi dengan gejala lain, bisa menjadi gambaran dari neurosis kecemasan berkepanjangan atau suatu gangguan seumur hidup yang dicirikan oleh faal autonomik yang mudah berubah-ubah. Apakah penyakit-penyakit ini hanya merupakan ekspresi dari suatu keadaan cemas yang mendalam dan kronik yang bercokol di atas suatu sistem saraf autonomik yang normal atau apakah bergantung pada ketidakstabilan sistem saraf autonomik belumlah jelas.
Bila hebat dan teratur, palpitasi biasanya disebabkan oleh volume sekuncup(stroke volume) yang bertambah besar. Keadaan patologik seperti regurgitasi aorta atau berbagai keadaan peredaran darah yang hiperkinetik(misalnya anemia, fistula arteriovenosa, dan tirotoksikosis) harus dipertimbangkan, demikian pula sindroma jantung hiperkinetik idiopatik. Palpitasi juga dapat terjadi segera setelah mulainya perlambatan irama jantung, seperti yang terjadi pada perkembangan mendadak AV Block total, atau pada konversi dari fibrilasi atrial ke ritme sinus. Gerakan jantung yang tidak biasa di dalam toraks juga sering merupakan mekanisme palpitasi. Jadi, denyut ektopik dan/atau pause kompensatori dapat dimengerti, karena keduanya berhubungan dengan perubahan dalam gerakan jantung.
Ref : Harrison, Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam Vol. 1, Ed. 13 Hal 72-73
            Palpitasi dapat terjadi pada:
-          Fisiologik: suatu sensasi normal dan tidak berbahaya, biasanya orang normal yang sibuk dalam upaya fisik yang berat atau yang timbul secara emosional atau seksual.
-          Tanda kegelisahan dan kecemasan: Anxietas.
-          Petunjuk bahwa seseorang telah merokok, minum minuman yang beralkohol, mengonsumsi obat-obatan atau mengonsumsi terlalu banyak kafein dari kopi, teh, atau minuman cola.
-          Menandakan adanya suatu pletora masalah-masalah medis(demam, anemia, hipoglikemia, tingkat kalium yang rendah , atau hipertiroidisme).
-          Tanda umum masalah-masalah jantung yang umum dan serius(Valvula heart disease, aritmia)
Ref : Body Sign, Joan Liebmann-Smith.PhD, Jacqueline Nardi Egan. Hal. 213-214
Palpitasi adalah merasakan jantung berdebar. Biasanya muncul karena merasa ada kelainan pada denyut jantung walaupun sebenarnya normal atau karena takiaritmia(bradiaritmia tidak pernah menyebabkan palpitasi). Untuk membantu menegakkan diagnosis perlu diketahui onsetnya(mendadak atau dalam beberapa menit), kecepatan serta ritmenya(minta pasien menirukan palpitasi dengan ketukan tangan). Yang membedakannya antara lain:

-          Palpitasi karena ‘merasakan adanya sinus takikardia’
Denyut jantung normal tapi lebih kuat dari biasanya; ini terjadi saat istirahat, takut atau tekanan psikologis, termasuk kecemasan. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan adanya riwayat yang sesuai. Palpitasi dimulai dan berhenti dalam beberapa menit, tidak seperti takiaritmia yang muncul mendadak. Denyut jantung normal dan lambat(<100 kali/menit). Seringkali disertai latar belakang kecemasan(dalam pekerjaan, stres dalam hubungan dengan orang lain, dll), yang memburuk sesaat timbulnya gejala. Manuver vagal tidak membantu dan tidak pernah terjadi sinkop.
Penyebab sinus takikardi diantaranya:
·         Fisiologis: Olahraga, kecemasan.
·         Patologi yang sering dijumpai: sepsis/demam; nyeri; gagal jantung ;distres pernapasan; gangguan hemodinamik; anemia; tirotoksikosis.
·         Jarang: Feokromositoma; takikardi re-entri nodus sinus-diagnosis ditegakkan dengan merekam denyut jantung selama 24 jam.
-          Palpitasi yang berhubungan dengan takiaritmia
Denyut jantung lebih cepat dari biasanya akibat takiaritmia atau adanya denyut tambahan. Takiartimia yang asli biasanya berupa palpitasi cepat dengan onset mendadak, yang berlangsung dalam waktu yang bisa ditetapkan (biasanya dalam hitungan menit, bukan jam), dan bisa (walaupun tidak selalu) berhenti mendadak. Bisa disertai kecemasan, namun terjadi selama serangan, bukan sebelumnya. Manuver vagal dapat membantu pada aritmia supraventrikular, dan biasanya ada riwayat penyakit jantung yang berat pada aritmia ventrikular. Bisa disertai sinkop. Setelah serangan, pasien biasanya mengeluarkan urin yang banyak. Takiaritmia lain diantaranya: Takikardi supraventrikular, fibrilasi atrium, takikardi ventrikular, ekstrasistole.
            Pemeriksaan penunjang yang paling membantu pada palpitasi adalah EKG yang direkam selama serangan, dan tujuannya haruslah untuk mendapatkan gambaran EKG yang khas. Jika serangan berlangsung lama, langsung lakukan pemeriksaan ini. Jika serangan berlangsung cepat tapi sering (24-48 jam), mungkin perlu dipertimbangkan pemasangan monitor Holter 24 jam. Untuk serangan yang jarang, terdapat berbagai jenis perekam elektronik yang bisa dipakai pasien selama serangan.

Ref: At a Glance Medicine, Patrick Davey, Erlangga Medical Series, Hal 14

4.                  Cara kerja echocardiography

Ekokardiografi dapat digunakan untuk mendeteksi pembesaran jantung dan gerakan jantung abnormal, serta untuk memperkirakan fraksi ejeksi. Suatu denyut ultrasound sebesar 2,5 MHz dihasilkan oleh suatu transmiter-penerima piezoelektrik pada dinding dada, dan dipantulkan kembali oleh struktur internal. Karena bunyi menjalar melalui cairan dengan kecepatan yang sudah diketahui, amka waktu yang dibutuhkan antara transmisi dan penerimaan dapa menunjukkan jarak. Ini memungkinkan gambaran struktur internal dapat terbentuk. Pada elektrokardigram modus-M, transmiter tetap statis, dan gambarannya menunjukkan perubahan pantulan seiring waktu. Pada ekokardiogram dua dimensi (2D), transmitter melakukan scan ke arah belakang dan ke arah depan, sehingga gambaran 2D demikian, saat membuat pencitraan, jantung dibatasi oleh adanya kerangka iga dan udara dalam paru, yang memantulkan atau mengabsorbsi ultrasound. Interferensi ini dapat diminimalkan dengan ditempatkan dalam esofagus (transoesophageal echocardiography; TOE). Walaupun lebih invasif, TOE memberikan resolusi yang jauh lebih baik, dan akses yang lebih baik ke arteri pulmonalis, aorta, dan atrium.
            Bunyi yang dipantulkan kembali dari target yang bergerak menunjukkan suatu pergeseran frekuensi; contohnya bila target bergerak menuju sumber, maka frekuensi meningkat. Efek Doppler ini dapat digunakan untuk menghitung kecepatan (velocity) pergerakan darah dari pergeseran frekuensi pada denyut ultrasound yang disebabkan oleh pantulan dari sel darah merah, dan gradien tekanan yang melewati obstruktif melalui persamaan Bernouli: P = 4 x (kecepatan)2. Aliran darah dapat dihitung bila area potogan melintang darah diperkirakan dengan menggunakan ekokardiografi

Referensi : Philip I. Aaronson & Jeremy P.T. Ward. 2008. At a Glance Edisi Ketiga SISTEM KARDIOVASKULAR. Ciracas, Jakarta 13740. Hal. 69, 71

    Patomekanisme palpitasi disertai rasa pusing dan lemas ?
Sinkop adalah hilangnya kesadaran yang disebabkan oleh penurunan sementara aliran darah ke otak yang dapat disebabkan oleh banyak hal:
-          Aritmia jantung.
-          Berdiri lama, terutama di lingkungan yang panas.
-          Faktor psikogenik, misalnya pingsan pada individu yang takut terpapar jarum atau prosedur medis lainnya.
-          Penyebab lain stimulasi vagal yang berlebihan, misalnya sinkop mikturisi, sinkop batuk.
Umumnya, pasien mengalami tanda-tanda peringatan awal sebelum ia kehilangan kesadaran dan jatuh, seperti kepala terasa melayang, mual, penglihatan kabur atau menyempit, pucat, dan berkeringat. Jika pasien telah terbaring dengan kepala dan jantung berada pada ketinggian yang sama, maka perbaikan dapat terjadi, umumnya 1-2 menit atau kurang, sehingga mencegah aritmia jantung yang menetap. Jika jatuh tidak terjadi, hipoksia otak dapat memanjang dan dapat terjadi kejang. Selama kejang, kebutuhan oksigen serebral meningkat lebih dari 200%. Apabila kebutuhan oksigen ini tidak dapat dipenuhi, dapat terjadi hipoksia otak dan kerusakan otak. Kejang yang berlangsung lama, atau timbulnya status epileptikus, sangat meningkatkan kemungkinan terjadinya kerusakan otak. Kejang dapat terjadi pada pada setiap individu yang mengalami hipoksemia berat(penurunan oksigen dalam darah), hipoglikemia(penurunan glukosa dalam darah), asidemia(peningkatan asam dalam darah), alkalemia(penurunan asam dalam darah), dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi. Putus obat, penyalahgunaan obat, dan toksemia pada kehamilan juga dapat menyebabkan kejang.
Ref:-      Lecture Notes Neurologi, Lionel Ginsberg, Erlangga Medical Series, Ed. 8Hal 10. Buku saku patofisiologi Corwin, Hal 241

6.                  Sebutkan langkah-langkah diagnosis ?
Anamnesis
Palpitasi.
Kebanyakan individu normal dapat merasakan peningkatan aktifitas jantung saat ada stress fisik maupun emosi. Palpitasi dapat terjadi tanpa adanya penyakit jantung yang serius misalnya saat ansietas,namun dapat pula terjadi pada kondisi potensial yang mengancam jiwa. Jika keluhan palpitasi timbul tanpa aktivitas fisik berat maka penyebab lain harus di cari, misalnya adanya gagal jantung, anemia, tirotoksikosis dan fibrilasi atrium. Frekuensi nadi yangtidak teratur mengesankan adanya fibrilasi atrium, frekuensi yang cepat lebih dari 150 kali permenit mengesankan adanya takikardi supraventrikular.

Sinkop.
Sinkop adalah hilangnya kesadaran sementara karena kekurangan perfusi darah ke otak. Pada pasien dengan sinkop, beberapa hal yang harus di evaluasi :
-          Gejala prodromal sinkop ( mual, muntah, menggigil, diaphoresis, pusing, perubahan visual )
-          Kondisi pasien saat sinkop yang biasa ditanyakan pada saksi mata ( durasi sinkop, pergerakan pasien misalnya, tonik, klonik )
-          Kondisi pasien setelah sadar ( nyeri otot,inkontinensia, berkeringat, pucat, muntah )
-          Lingkungan atau keadaan yang berperan pada saat timbulnya sinkop ( posisi berbaring atau berdiri, aktifitas)
Riwayat penyakit sebelumnya, yaitu riwayat sinkop sebelumnya, adanya penyakit jantung, saraf atau metabolic, obat – obatan yang sedang di minum, riwayat keluarga meninggal mendadak karena penyakit jantung.

Pemeriksaan Fisik
Perhatikan tampilan secara umum termasuk asietas, obesitas, kaheksia (pengecilan otot), ikterus, anemia, dan gangguan lain. Nilai sesak napas yang ada.
Tangan Tremor; sianosis perifer (warna biru, deoksihemoglobin >5 g/dl, misalnya vasokonstriksi, syok, gagal jantung; tidak terlihat pada anemia); pulsasi kapiler bantalan kuku (Quincke’s sign; regurgitasi aorta, tritoksitosis); splinter hemorrhage di bawah bantalan kuku (trauma, endokarditis, inaktif): jari tabuh
Wajah dan Leher Periksalah konjungtiva untuk anemia; lidah (bibir) untuk sianosis sentral; kelopak mata untuk xantelasma (lak kuning: hiperlipidemia); retina untuk kerusakan akibat hipertensi. Periksa pembesaran kelenjar getah bening atau tiroid, dan tanda-tanda penyakit sistemik.
Abdomen Palpasi pembesaran atau nyeri tekan hati (hepatomegali), asites (peningkatan CVP, gagal jantung), splenomegali (endokarditis infektif)
Ekstremitas bawah, pergelangan kaki Nilailah edema dan tanda-tanda penyakit vaskular perifer.

Nadi

Laju nadi saat istrahat adalah 60-90 kali/menit, melambat seiring usia dan pada atlet. Takikardi jiak frekuensinya di atas 100 kali permenit, bradikardi jika frekuensinya di bawah 60 kali permenit. Bandingkan nadi pada radialis dengan denyutan apeks (penundaan (delay)misalnya pada fibrilasi atrium) dan femoral/ ekstremitas bawah (penundaan (delay)aterosklerosis, stenosis aorta). Perubahan frekuensi nadi saat bernapas adalah normal (aritma sinus).
·         Denyut ireguler Regularly irregular: misalnya pada ekstrasistol (menghilang saat aktivitas), blokade jantung derajat dua.Irregularly irregular: misalnya fibrilasi atrium (denyut tidak berubah dengan aktivitas, terdapat pulsus devisit), blok atrioventrikular ( tidak semua rangsangan dari nodus SA di teruskan ke ventrikel sehinggga ventrikel tidak berkontraksi. Biasanya terdapat bradi kardi pada kondisi ini).
·         Karakter (karotis) bergelombang (thready)atau lemah: gagal jantung, syok, penyakit katup; dengan peningkatan lambat: stenosis aorta. Kuat/menghentak (bounding): curah tinggi diikuti oleh penurunan tajam (kolaps, water hammer): curah tinggi; regurgitasi katup aorta. Berubah-ubah lemah/ kuat (pulsus alternans): gagal jantung kiri; bedakan dengan pulsus bigeminus, denyut normal diikuti oleh denyut prematur yang lemah. Pulsus paradoksus, denyut yang jelas melemah saat inspirasi: tamponade jantung, asma berat, perikarditis restriktif.

Tekanan Darah

Saat istrahat, tekanan sistolik arterial dewasa normalnya <150 mmHg, diastolik <90 mmHg. Sistolik meningkat seiring usia. Sistolik dapat meingkat akibat ansietas (white coat syndrome).
·         Tekanan Vena Jugularis (JVP) pengukuran tekanan atrium kanan secara tidak langsung. JVP meningkat pada gagal jantung dan kelebihan volume. Gelombang ‘a’ besar: hipertensi pulmonal, stenosis katup pulmonal, stenosis trikuspid; gelombang ‘v’ besar: regurgitasi trikuspid. Tidak ada ‘a’: fibrilasi atrium.

Pemeriksaan Dada
Posisikan pasien dengan nyaman pada tempat tidur dengan dada membentuk sudut 45o. Periksalah adanya parut bekas pembedahan, dan deformitas (misalnya bentuk tong).
·         Palpasi; Denyutas apeks, biasanya pada ruang sela iga kelima, garis midklvikular (area mitral). Menghilang: obesitas, hiperinflasi, efusi pleura. Tergeser: kardiomegali, pneumotoraks. Tapping (menyentak): stenosis mitral. Ganda: hipertrofi ventrikel. Heaving (sangat kuat dan stabil): kelebihan tekanan-hipertensi, stenosis aorta. Parasternal heave: hipertrofi ventrikel kanan. Thrill adalah murmur yang teraba (karena bersifat kuat)
·         Auskultasi, Berhubungan dengan denyut. Bunyi jantung pertama (S1): Penutupan katub mitral (M1) dan Trikuspid (T1). Kencang:stenosis katup AV, internal PR memendek; lembut: regurgitasi mitral, PR panjang, gagal jantung. Bunyi jantung kedua (S2): penutupan ktub aorta (A2) dan pulmonal (P2), A2lebih kencang dan mendahului P2. A2/P2kencang: hipertensi sistemik/pulmonal.  Splitting: normal selama inspirasi atau olahraga, terutama pada orang muda. Splitting yang lebar: aktivasi tertunda (misalnya right bundle branch block) atau terminasi (hipertensi pulmonal, stenosis) sistol RV. Splitting terbalik: aktivasi tertunda (misalnya left bundle branch block) atau terminasi (hipertensi, stenosis aorta) sistol LV. Lain-lain: S3– pengisian cepat ventrikel, umum pada orang muda namun dapat merefleksikan gagal jantung pada pasien >30 tahun. S4– mendahului S­1, akibat kekakuan ventrikel dan penigisian abnormal selama sistol atrium. Adanya S3 dan/atau S4 memberikansuatu irama gallop. Klik ejeksi:setelah S1,pembukaan katup AV stenotik. Bunyi mitral paling baik terdengar saat berbaring pada sisi kiri.
·         Murmur Akibat alirang turbulen. Murmur sistolik lembut umu terjadi dan tidak berarti apa-apa pada orang muda (40% anak-anak usia 3-8 tahun) dan saat latihan fisik; semua murmur diastolik bersifat patologis. Sebagian besar murmur yang berbahaya disebabkan oleh defek katup. Lain-lain termasuk ventrikel. Murmur vaskular (bruit) dapat mengindikasiakan adanya stenosis, misalnya pada karotis, abdominal (aorta, arteri radialis).

Pemeriksaan Penunjang Kardiovaskular
Rontgen (radiografi dada)
            Rontgen dada (chest X-ray, CXR) merupakan alat diagnostik yang esensial. CXR inisial dibuat pada arah postero-anterior (PA), dengan pasien berdiri tegak dan pada inspirasi penuh. Secara diafragmatis struktur utama di mana abnormalitas yang besar dapat terdeteksi, misalnya pembesaran rongga jantung dan pembuluh utama, serta CXR PA yang normal. Ukuran jatung dan rasio kardiotoraks (ukuran jantung relatif terhadap rongga toraks) dapat pula diperkirakan. Rasio ini normalnya <50%, kecuali pada neonatus, bayi, dan atlet, namin dapat sangat meningkat pada gagal jantung. Klasifikasi akibat kerusakan dan nekrosis jaringan dapat terdeteksi dengan CXR bila signifikan. Pembesaran arteri pulmonalis utama bersama dengan percabangan arteri perifer menandakan adanya hipertensi pulmonal, sedangkan perkabutan lapang paru merupakan indikasi hipertensi vena pulmonalis dan akumulasi cairan dalam jaringan.

Ekokardiografi dan Ultrasonografi Doppler
            Ekokardiografi dapat digunakan untuk mendeteksi pembesaran jantung dan gerakan jantung abnormal, serta untuk memperkirakan fraksi ejeksi. Suatu denyut ultrasound sebesar 2,5 MHz dihasilkan oleh suatu transmiter-penerima piezoelektrik pada dinding dada, dan dipantulkan kembali oleh struktur internal. Karena bunyi menjalar melalui cairan dengan kecepatan yang sudah diketahui, amka waktu yang dibutuhkan antara transmisi dan penerimaan dapa menunjukkan jarak. Ini memungkinkan gambaran struktur internal dapat terbentuk. Pada elektrokardigram modus-M, transmiter tetap statis, dan gambarannya menunjukkan perubahan pantulan seiring waktu. Pada ekokardiogram dua dimensi (2D), transmitter melakukan scan ke arah belakang dan ke arah depan, sehingga gambaran 2D demikian, saat membuat pencitraan, jantung dibatasi oleh adanya kerangka iga dan udara dalam paru, yang memantulkan atau mengabsorbsi ultrasound. Interferensi ini dapat diminimalkan dengan ditempatkan dalam esofagus (transoesophageal echocardiography; TOE). Walaupun lebih invasif, TOE memberikan resolusi yang jauh lebih baik, dan akses yang lebih baik ke arteri pulmonalis, aorta, dan atrium.
            Bunyi yang dipantulkan kembali dari target yang bergerak menunjukkan suatu pergeseran frekuensi; contohnya bila target bergerak menuju sumber, maka frekuensi meningkat. Efek Doppler ini dapat digunakan untuk menghitung kecepatan (velocity) pergerakan darah dari pergeseran frekuensi pada denyut ultrasound yang disebabkan oleh pantulan dari sel darah merah, dan gradien tekanan yang melewati obstruktif melalui persamaan Bernouli: P = 4 x (kecepatan)2. Aliran darah dapat dihitung bila area potogan melintang darah diperkirakan dengan menggunakan ekokardiografi

Kateterisasi dan Angiografi
Kateter radioopak (opak terhadap rontgen) dimasukkan ke dalam jantung atau pembuluh darah melalui vena atau arteri perifer. Kateter denga balon kecil pada ujungnya (kateter Swan-Ganz) membantu penempatan dari sis vena dengan ujungnya bergerak sesuai aliran. Penempatan kateter dapat dipastikan dari bentuk gelombang tekanan dan rontgen toraks. Kateter digunakan untuk pengukuran tekanan curah jantung, untuk angiografi, atau untuk mengambil sampel untuk memperkirakan metabolit dan Po2.Tekanan atrium kiri tidak dapat diukur secara lagsung karena membutuhkan akses melalui katup mitral. Dengan demikian kateter Swan-Ganz dimasukkan ke jantung kanan, dan ditempatkan dalam arteri pulmonalis distal. Jadi, karena tidak terdapat aliran melalui arteri tersebut, maka tekanan sama di sepanjang kapiler hingga vena pulmonalis. Tekanan baji pulmonal (pulmonary wedge pressure)merupakan estimasi tekanan atrium kiri.
Angiografi Medium Kontrasradioopak dimasukkan ke dalam lumen rongga jantung dan pembuluh lain. Ini memungkinkan visualisasi langsung darah dan pembuluh dengan rontgen, dan dapat digunakan untuk memeriksa fungsi pompa jatung serta menentukan lokasi sumbatan (misalnya emboli) dalam susunan pembuluh darah.

Pencitraan
            Kemajuan teknik pencitraan medis telah menghasilkan beberapa alat bantu diagnostik yang ampuh, terutama penggunaannya pada penyakit jantung.
Nuclear imagingRadiofarmasi yang dimasukkan ke dalam jantung atau sirkulasi terdeteksi oleh kamera gamma, dan distribusinya (bergantung pada jenis) dapat digunakan untuk mengukr atau mendeteksi perfusi, kerusakan, dan fungsi otot jantung. Informasi tiga dimensi dapat diperoleh dengan cara yang sama menggunakan tomograsi terkomputasi dengan emisi foton tunggal (SPECT). Pencacah yang paling umum digunakan adalah thallium-201 (201TI) dan estamibi (suatu molekul sintetik besar dari famii isonitril yang dilabel dengan technetium-99m (99mTc), yang didistribusika berdasarkan aliran darah dan ditangkap oleh sel-sel otot jantung yang dapat diselamatkan sebelum angioplasti atau pintas koroner (coronary bypass). Namun demikian, technetium-99m memiliki energi foton lebih tinggi dan waktu paruh lebih pendek, sehingga memungkinkan digunakannya dosis radionukleotida yang lebih rendah dengan gambaran yang lebih baik. Oleh sebab itu technetium-99m ini lebih baik untuk SPECT, dan energi yang lebih tinggi memungkinkan gated acquistio (gambaran berurutan yang diambil selama siklus jantung), dan evaluasi fungsi istrahat ventrikel kiri dan kanan dalam kombinasi dengan perfusi miokardium saat istrahat maupun latihan fisik.

Magnetic Resonance Imaging (MRI)
            Stimulasi radiofrekuensi dari atom hidrogen yang terdapat pada medan magnet tinggi akan memancarkan energi, yang dapat digunakan untuk menghasilkan gambaran yang sangat baik yang merefleksikan kepadatan jaringann. MRI berguna untuk mennentukan lokasi massa dan malformasi, termasuk aneurisma. Pemriksaan ini bersifat non-invasif dan menggunakan radiasi yang tidak merusak.

EKG
Gambaran EKG yang normal menunjukkan bentuk dasar sebagai berikut :
1. Gelombang P
Pada umumnya berukuran kecil dan hasil depolarisasi atrium kanan dan kiri.
2. Segmen PR
Merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan gelombang P dan gelombang QRS.
3. Gelombang komplek QRS
Suatu gelombang yang merupakan hasil depolarisasi ventrikel kanan dan kiri.
4. Segmen ST
Merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan komplek QRS dengan gelombang T
5. Gelombang T
Merupakan potensial repolarisasi ventrikel kanan maupun kiri.
Gambar ekg pada infark miokard akut
Fase – fase ekg evolusi pada infark miokard akut :
Fase awal atau fase hiper akut
1 ) elevase ST yang non spesifik
2 ) T yang tinggi dan melebar
Fase evolusi lengkap
1) elevasi ST yang spesifik konfeks ke atas
2) T yang negative dan simetris
3) Q yang patologis
Fase infark lama
1) Q patologis, bias QS atau QR
2) AT yang kembali isoelektrik
3) T biasa normal atau negative

Referensi : Philip I. Aaronson & Jeremy P.T. Ward. 2008. At a Glance Edisi Ketiga SISTEM KARDIOVASKULAR. Ciracas, Jakarta 13740. Hal. 69, 71
Buku Penyakit Kardiovaskular ( PKV ) Lily I. Rilantono
Bagaimana menggunakan obat – obat kardiovascular secara rasional Prof. Dr. Peter Kabo PhD, MD hal 141


7.      Hubungan pemfis dan gejala yang diderita pasien ?

Palpitasi dapat terjadi disebabkan dari 3 akibat utama, yaitu :
1 .Hyperdinamic Circulation  ( valvular incompetence,thyrotoxicosis,
hypercapnia,pyrexia,anemia,pregnancy)
2 . Cardiac Disrhytmia  ( premature atrial contraction, junctional
Escape beat, premature ventricular contraction,atrial
fibrillation,supraventricular tachycardia,ventricular tachycardia,ventricular
fibrillation,heart block)
3 . Symphatetic Overdrive  ( panicdisorders,hypoglycemia,hypoxia,
levocetirizine antihistamines,anemia,heart failure,mitral valve prolapse) 

Beberapa penyebab di atas mengakibatkan aktivitas jantung dalam hal
kontraksi dan siklusnya akan terganggu. Ketika terjadi kelainan di jantung
kiri menimbulkan penurunan curah jantung sehingga suplai darah teroksigenasi
ke jaringan tubuh juga menurun. Akibatnya terjadihlah hipoksia jaringan.
Sebagai kompensasinya, stroke volume dan denyut jantung ditingkatkan
sehingga sirkulasi menjadi hiperdinamik dan mengakibatkan iregularitas
ventrikuler yang dilukiskan sebagai ”berdegup-degup” (2).

Karena penurunan oksigenasi pada bagian otak akibat dari perubahan
hemodinamik/sirkulasi darah mengakibatkan fungsi organ vital otak menurun
sehingga seseorang akan mengalami 2 fase yang saling berkaitan :
1. Near-syncope : keadaan dimana suplai O2 ke otak mulai berkurang
sehingga seseorang akan merasa pusing dan lemas
2. Syncope : setelah fase dimana seseorang merasa pusing dan lemas, dan
tidak adanya kompensasi untuk mengganti oksigenasi,pasokan O2
akan menurun drastis sehingga fungsi otak terganggu akibatnya
seseorang akan mengalami pingsan (1).

Selain itu, karena kurangnya oksigen ke otak akan menstimulasi sistem
saraf pusat dan mengakibatkan instabilitas sel neuron sehingga mengaktifkan
fokus kejang yang melepas muatan paroksismal dan terjadilah fluktuasi
konstraksi dan peregangan dengan sangat cepat sehingga menyebabkan
gerakan yang tidak terkendali yang disebut konvulsi (kejang-kejang)
                                         (1,2).


8.                  Diferensial diagnostic

Sick sinus syndrome
a.       Defenisi
Sindroma sinus sakit (sick sinus syndrome) merupakan nama untuk sekelompok gangguan irama jantung (aritmia) yang terjadi akibat nodus sinus (pacemaker alami jantung) tidak berkerja semestinya.
Nodus sinus merupakan suatu daerah sel-sel khusus pada atrium kanan yang mengatur irama jantung. Normalnya, nodus sinus menghasilkan impuls listrik yang teratur dan berkesinambungan. Pada sindroma sinus sakit, impuls listrik ini terganggu, sehingga irama jantung bisa menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, diselingi oleh jeda yang panjang, atau kombinasi dari ketiganya.
b.      Etiologi
1.      Degenerative
2.      Riwayat operasi
3.      Idiopatik
4.      Amiloidosis jantung
c.       Gejala klinis
1.      Pingsan
2.      Mual
3.      Sakit kepala
4.      Kelelahan
5.      Nyeri dada
6.      Palpitasi
7.      Penurunan laju denyut jantung
8.      Kebingungan
9.      Sesak nafas
d.      Patofisiologi
Sick sinus syndrome termasuk ketidaknormalan yang bervariasi sekali dari fungsi normal pacemaker.
            Syndrome ini dapat menyebabkan detak jantung yang lambat secara permanen (sinus bradikardi) atau suatu blockade penuh antara pacemaker dan atrium (penahanan sinus dimana impuls dari pacemaker gagal untuk membuat atrium berkontraksi). Bila ini terjadi pelepasan pacemaker rendah didalam atrium atau bahkan didalam ventrium biasanya berubah. Satu jenis sick sinus syndrome yang penting adalah syndrome bradikardi-takikardi, dimana ritme atrium cepat termasuk fibrilasi atrium atau debar atrium, bergantian dengan waktu yang panjang atau ritme jantung yang lambat. Semua jenis syndrome sakit sinus biasanya terjadi pada orang tua.
e.       Pemeriksaan penunjang
Diagnosa bisa dipastikan dengan melakukan pemeriksaan elektrokardiography (EKG), dimana bisa dilihat irama jantung yang abnormal. Namun, jika irama jantung abnormal cenderung bersifat hilang timbul, maka mungkin tidak dapat terdeteksi saat dilakukan pemeriksaan EKG biasa. Untuk itu, bisa dilakukan pemeriksaan EKG tambahan seperti holter, yaitu alat potable yang bisa dibawa di dalam kantong atau dipasang di ikat pinggang untuk merekam aktivitas jantung selama 24 jam atau lebih.
f.       Penatalaksanaan
1.      Penyesuaian obat-obat yang digunakan untuk mengatasi gejala-gejala yang ada.
2.      Pemasangan alat pacu jantung buatan. Sebagian besar orang dengan sindroma sinus sakit pada akhirnya membutuhkan pemakaian alat pacu jantung buatan untuk menjaga detak jantung tetap teratur.
3.      Penanganan tambahan untuk detak jantung yang cepat. Orang-orang dengan sindroma sinus sakit yang mengalami detak jantung yang cepat mungkin membutuhkan terapi tambahan untuk mengendalikannya, misalnya dengan :
- Obat-obatan. Penderita yang telah menggunakan alat pacu jantung, tetapi detak jantung masih terlalu cepat, maka bisa diberikan obat anti-aritmia. Jika terjadi fibrilasi atrium atau gangguan irama jantung lain yang meningkatkan risiko terjadinya stroke, maka bisa diberikan obat anti koagulan.
Referensi :
- Jay, H Stein MD. Panduanklinikilmupenyakitdalamedisi 3. 2001. Jakarta: EGC, hal 22-53
- D, David C. Sick sinus syndrome. Medline plus. 2012. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000161.htm
- Mayo Clinic. Sick Sinus Syndrome. 2011.              http://www.mayoclinic.org/disease-conditions/sick-sinus-syndrome/basics/definition/con-20029161









Adam –stokes syndrome
Adam – Stokes Syndrome didefenisikan sebagai kehilangan kesadaran tiba-tiba yang sementara karena penurunan cardiac output yang disebabkan oleh perubahan mendadak denyut jantung atau irama jantung. Keadaan ini mirip dengan sinkop vasovagal atau epilepsi karena memilki serangan kejang selama iskemia otak.
Gejala klinis
Manifestasi klinis aritmia yang disertai sinkop tergantung pada durasi dan jenis aritmia yang mendasarinya. Sinkop dengan atau tanpa disertai dengan kejang. Secara karakteristik, selama serangan pasien akan mengalami pucat. Setelah kembali normal biasanya ada flush diwajah karena hiperemia reaktif. Adam- stokes yang disertai kejang biasanya muncul tiba-tiba dan berhenti tiba-tiba.
Etiologi
Kebanyakan pasien dengan aritmia yang disertai dengan sinkop memiliki beberapa gangguan konduksi  atrioventrikuler (A-V) selama atau anatara serangan Adam –Stokes syndrome \. Penyebab terseringnya adalah blok jantung yang sempurna.
Semua jenis miokarditis melibatkan sistem konduksi, sehingga jantung mengalami blok sempurna dan episode syncopial. Difteri, gangguan otot rangka dan gangguan sistem saraf degeneratif, penyakit katup jantung yang disebabkan oleh kasifikasi atau endocarditis juga menghasilkan block jantung sempurna.
Infark miokard akut biasanya melibatkan konduksi jantung jantung tetapi terjadi pemulihan yang normal dalam 2 sampai 3 minggu.
Gangguan pada konduksi jantung melibatkan jaringan A-V. Dalam situasi ini, blok jantung lengkap atau semprna seringkali disebabkan karena nekrosis miokard atau infark yang meluas yang melibatkan bundle braches.
Pada pemeriksaan patologis menunjukkan bahwa banyak pasien dengan blok jantung tidak memiliki penyakit arteri koroner tetapi memilki daerah fibrosis yang melibatkan sistem konduksi jantung . pada lansia, pasien ini digolongkan pda sklerosis yang mungkin disebabkan akibat ausnya ventrikel kiri.

Penyakit neoplastik primer dan metastasis, gangguan metabolik dan ilfiltrat dari miokardium dapat menghasilkan blok jantung sempurna. Blok jantung memiliki potensi resiko operasi jantung terutama selama perbaikan defek septum ventrikel.

Ganguan elektrolit juga merupakan etiologinya.  Kalium adalah elktrolit yang paling penting dalam kaitannya dengan konduksi AV. Pada kasus AV blok terisolasi maju terjadi selama atau setelah penerimaan dosis besar garam kalium. Hiperkalemia jelas akan menurun pda ventrikel yang tingkat blocknya sudah ada sebelumnya. 
Efek toksisitas dari obat. Digitalis adalah obat yang paling sering menyebabkan blok jantung sempurna. Kejaisn synkope jarang terjadi selama block karena toksisitas digitalis. Namun salah satu obat antiaritmia dapat dengan aman digunakan untuk menekan kontraksi premature  dengan adanya blok jantung dan pacu listriuk yang telah  dimasukkan.


Penanganan
Trysodium salt of ethyleconamid dan terapi pacemaker.

Referensi : Journal stokes adam syndrom

Kardiomiopati
Kardiomiopati dalah kelainan pada otot jantung. 
Kardiomiopati dibagi 3
1.      Kardimiopati dilatatif
Karakteristik ditandai dengan dilatasi semua rongga jantung, disertai dengan menurunnya fungsi ventrikel, baik kiri maupun kanan. Manifestasi klinik umumnya berupa gagal jantung. Bisa juga berupaaritmia, tromboemboli, dan kematian mendadak
2.kardimiopati hipertropik
Karakteristik ditandai dengan hipertrofi miokardium kiri (atau kanan ), yang asimetrik, dimana interventrikuler septum lebih tebal daripada miokardium yang lain. Volume vetrikel kiri menjadi lebih sempit.
Manifestasi klinis berupa sesak nafas, aritmia, dan kematian  mendadak.
3.kardimiopati restriktif
Karakteristik ditandai dengan gangguan pengisian ventrikel kiri ( atau kanan ) karena miokardium menjadi restriktif.
Manifestasi biasanya berupa gagal jantung

Penatalaksanaan
1.      Karena manifestasi klinis kardimiopati dilatatif adalah gagal jantung, maka pengobatan ditujukan pada gagal jantung serta pemberian antikoagulan untuk mencegah trombosis
2.      Karena manifestasi kardimiopati hipertopik biasanya berupa
a.       Aritmia, maka pemberian obat penyekat beta ( beta-blocker ) dapat diberikan
b.      Obstruksi left ventricle outflow tract, dapat dilakukan pembedahan reseksi septum interventrikularis parsial.
3.      Karena manifestasi klinis kardiomiopati restriktif adalah
a.       Gagal jantung, maka pengibatannya ditujukan pada jantungnya
b.      Aritmia, b-blocker
c.       Pembedahan
Referensi :     ilmu penyakit jantung, boedi soesetyo joewono, halaman147-148


INFARK MIOKARD AKUT
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) umunya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak ateroskelrotik yang sudah ada sebelumnya. Pada sebagai besar kasus, infark terjadi jika plak ateros sklerosis  mengalami fisure atau rupture atau userasi dan jika kondisi lokal tau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi trombus pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner.
Apabila arteri koronaria utama tersumbat, maka akan terjadi infark transmural yang mana kerusakan jaringannya mengenai seluruh dinding miokard
Diagnosis
Tiga kriteria untuk menegakkan diagnosis IMA adalah nyeri dada khas infark, perubahan gambar EKG, dan kenaikan biomaker jantung seperti enzim creatine kinase (CK), creatinase kinase myocardial band (CKMB), mioglobin dan trponin.
Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan. Bila telah terjadi komplikasi gaga; jantung, maka dapat ditemukan irama gallop (bunyi jantung ketiga) atau ronki basah. Bila terjadi aritmia dan hipotensi, maka penderita mungkin tampak pucat dan berkeringat dingin. Kadang-kadang pasien IMA datang dengan keluhan nyeri ulu hati, dada rasa terbakar, atau rasa tidak nyaman di dada yang sulit digambarkan penderita.
Penanggulangan
            Pengobatan AMI secara garis besar seperti UAP dengan penambahan trombolitik (reperfusion therapy).
Intervensi dini AMI ditujukan pada:
1.      Mengatasi nyeri dada dan perasaan takut
2.      Menstabilkan hemodinamik (kontrol tekanan darah dan denyut nadi)
3.      Reperfusi miokard secepatnya dengan trombolitik, guna mencegah terjadinya nekrosis jaringan dan membatasi perluasan infark
4.      Mencegah kompilkasi.
Stabilkan hemodinamik
Tekanan darah laju jatung harus dikontrol secara ketat dengan β-blockers dan/atau ACE-inhibitors tergantung kondisi pasien.
a.       β-blockers
b.      calcium Channel Blockers (CCB)
c.       ACE-inhibitors
Reperfusi miokard
Trombolitik (diberikan pada STEMI)
            Trombolitik awal (kurang dari 6 jam) dengan streptokiase (streptase ®) atau perluasan infark, menurunkan moratalitas, dan memperbaiki fungsi ventrikel kiri. Hasil ISIS-2 trial menunjukkan bahwa pemberian streptokinase walaupun >6 jam setelah nyeri dada akibat infark, namun belum melampaui 12 jam masih dapat memperbaiki keadaan. Tidak dianjurkan pemberian trombolitik pda infark yang lebih dari 12 jam karena meingkatkan mortalitas.

Referensi : Bagaimana menggunakan obat – obat kardiovascular secara rasional Prof. Dr. Peter Kabo PhD, MD hal 138 - 142





TAKIKARDIA VENTRIKEL
            Bila terdapat 3 atau lebih kompleks yang berasal dari ventrikel secara berurutan dengan laju lebih dari 100 per menit, maka gambaran tersebut disebut takikardia ventrikuler. Laju QRS biasanya tidak lebih dari 220 per menit dengan irama yang teratur maupun tidak. Kelainan ini bisa ditoleransi dengan baik namun bisa pula menggambarkan situasi yang gawat. Akibat hemodinamik disritmia ini tergantung terutama  pada ada tidaknya disfungsi miokard, misalnya akibat iskemia atau infark, serta pada frekuensinya. Bisa terdapat disosiasi atrioventrikuler, dan gelombang P sinus kadang-kadang dapat terlihat diantara kompleks QRS. Konduksi dari atrium ke ventrikel biasanya dicegah karena nodus Av atau system konduksi ventrikel mengalami istirahat (refractory) setelah depolarisasi ventrikel. Kadang-kadang konduksi AV bisa terjadi pada saat nodus SAV dan system his-purkinye dalam keadaan non-refraktory. Keadaan ini bisa menyebabkan capture beat, dengan gambaran bentuk QRS yang normal atau sempit. Kadang-kadang terdapat fusion beat, yaitu gambaran antara QRS normal dan kompleks ventrikuler premature.
            Disosiasi atrioventrikuler tidak selalu terdapat  pada takikardia ventrikuler, bahkan kadang-kadang terjadi konduksi retrogard dari ventrikel ke atrium. Dalam hal ini terlihat hubungan antara kompleks QRS dengan P retrogard. Jadi, VT bisa sulit dibedakan dari takikardia supraventrikuler dengan konduksi aberan.
            Pengobatan takikardia ventrikuler pada penderita yang hemodinamiknya stabil adalah dengan lidokain intravena, diawali dengan bolus 1 mg/kgBB (50-75 mg), dilanjutkan dengan rumat 2-4 mg/kgBB/menit. Bila masih timbul, dapat diulangi bolus 50 mg/kgBB.
            Alternatif pengobatan lain adalah dengan prokainamid,bretilium,meksiletin propanolon intravena atau amiodaron. Bila hemodinamik tidak stabil (hipotensi dengan atau tanpa edema paru) segera lakukan kardioversi dengan DC shock. Bila penderita tidak sadar, tindakan sama dengan fibrilasi ventrikel.
Penatalaksanaan
            Pengobatan takikardia ventrikuler pada penderita yang hemodinamiknya stabil adalah dengan lidokain intravena, diawali dengan bolus 1 mg/kgBB (50-75 mg), dilanjutkan dengan rumat 2-4 mg/kgBB/menit. Bila masih timbul, dapat diulangi bolus 50 mg/kgBB.

            Alternatif pengobatan lain adalah dengan prokainamid,bretilium,meksiletin propanolon intravena atau amiodaron. Bila hemodinamik tidak stabil (hipotensi dengan atau tanpa edema paru) segera lakukan kardioversi dengan DC shock. Bila penderita tidak sadar, tindakan sama dengan fibrilasi ventrikel.


REFERENSI : BARAAS,FAISAL.BUKU AJAR KARDIOLOGI.FAKULTAS KEDOKTERAN      INDONESIA.JAKARTA.1996